Minggu, 02 Oktober 2011

The Sabotage featuring Democrazy (Refill Cinta)

Dear Notes,
Kamu tau kan aku selalu bilang pada orang-orang, bahwa cara termudah adalah dengan mendengarkan Love Song atau lagu memori, demi me-refill cinta.

Dan malam ini, aku dan Mas baru saja me-refill cinta dan hati kami.

Ketika Mas pulang kerja, kami langsung menghambur keluar, minta dinner di luar. Suasananya pas sekali. Dan tak kusangka, Mas membicarakan masa lalunya.

Yaitu ketika usianya masih duapuluh-an. Ketika masih kental dengan musik punk-nya. Ketika ia masih amat cinta celana street dan bootsnya. Sepanjang itu ia bercerita tentang sehari-harinya dulu, ia lewati dengan mabuk anggur.

*detik itu kami tertawa bersama,
Dear...

Soal mabuknya, aku menyambut, "Aku sudah sejak SMP, mabuk. Dulu kedapatan nyempilin nipam di kelas." Tapi aku ga secandu Mas. Proses mabukku tidak lama karena aku tak menemukan kenyamanan pada pelarian jenis itu. Setelah itu aku menjadi seorang Straight Edge yang menganut paham hidup bersih.

"Ah gilanya, di acara Holiday In The Sun, waktu Street Voices naik panggung, aku mabuk lalu pogo gila-gilaan, lalu jatuh, lalu muntah, lalu tidur di atas muntahku itu," cerita Mas penuh semangat.

Kenanganku menari lagi ke masa gigs Holiday In The Sun marak di komunitas underground kami.

"Dan aku ingat, waktu aku lihat kamu di acara Rambo (nama band) di Capitol Sukabumi, aku ga suka kamu. Kamu judes," kataku.

Lalu kami tertawa bersama. Banyak nama kami sebut. Nama band Mas dulu, The Sabotage. Nama band hardcore-ku dulu, Democrazy. Fortuna Little Hell, Xigit Democrazy, Acil Marucil, Helmi, Geboy, Oni, Pepi, Movement, semua adalah bingkai kenangan kami.

Tiba-tiba Mas melanjut, "Sebetulnya masa aku pertama berkenalan dengan kamu, adalah masa terburukku. Masa aku mabuk setiap hari, tak terkendali. Dan kamu datang, membawaku dalam kebaikan."

Terdengar murahan, tapi kuakui pipiku menyemu.

Pernikahanlah yang menyatukan kami dan membawa kami keluar dari masalah masa muda kami. Mas dengan mabuk dan kegamangan hidup yang tak bertujuan, dan aku yang terlarut dalam konflik keluarga.

Dan kami masih ingat, ketika kami kencan pertama di Pepi. Mas bilang cari istri, begitupun aku butuh suami. Menikahlah kami, kini dilengkapi Ganeshauman, sang buah hati. Akhirnya kami sadar bahwa kami harus benar-benar saling menjaga dan menjaga diri kami masing-masing. Semua ujian yang ada tak seharusnya membuat kami kalah.

Refill kami tutup malam ini dengan bunga-bunga masa lalu yang unpredictable itu. Mungkin tak ada love song, tapi hati kami bernyanyi: The Sabotage featuring Democrazy.

:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Send me your words