PENGAKUAN CINTA SAWITRI
Oleh: Gita Ayu Pratiwi
“Mengapa sekarang kamu selalu bersedih? Mengapa hanya kemuraman yang kudapati bila menatap wajahmu? Mengapa keriangan yang dulu membuatku jatuh cinta padamu, sirna? Adakah engkau tak bahagia hidup bersamaku?”
Lamunan Sawitri sekejap buyar karena pertanyaan-pertanyaan itu menderanya. Matanya beralih pada sumber suara. Lelaki itu, suaminya. Orang yang dipilihnya menikahinya setengah tahun silam. Ia menjadi merasa bersalah. Antara tidak ingin melukai hati lembut lelaki itu dan juga tidak tahan hidup dalam kebohongan semacam ini. Alur kehidupan ini begitu menyiksa, bahkan teramat menyiksa batinnya.
“Nggak. Aku nggak pa-pa. Kamu boleh melakukan apa saja yang kamu mau, asal kamu senang,” jawab Witri. Tersenyum, meski ada rasa kesal menyala di dadanya.
“Aku nggak bisa pergi kalo kamunya sedih begitu.
Tapi tetap saja, semuram apapun air wajah Witri, suaminya tetap pergi. Tinggal Witri sendiri di rumah. Di kamar tempat mereka berdua memadu kasih hingga kini ada janin berusia 5 bulan dalam kandungannya.
* * *
Mengapa hanya aku yang bersedih sementara Mas
Di waktu-waktu tertentu, ia akan pergi bersama teman-temannya ke luar
“Kalau aku jauh darimu, hatiku selalu berpulang padamu. Kau tak ada di sampingku, dan dengan begitu aku punya tanggung jawab untuk menjaga kepercayaan dan cinta yang hanya kau berikan untukku,” begitu katanya pada Witri suatu hari.
Berarti bukan Mas
Mas
Hanya karena Asaka cacat dan tak sempurna seperti manusia kebanyakan, Mama menolak. Waktu itu Witri frustasi. Ia dan Asaka seakan tak mampu saling berpisah, tapi juga Witri sangat sadar Mamalah yang memberinya kehidupan hingga Witri bisa merasakan pahit getir cinta dan hidup ini. Karena tak ingin menyakiti perempuan paruh baya yang dicintainya itu, Witri berpisah dengan Asaka. Tapi rasa sayang antara mereka tak pernah mati. Pertemuan masih tetap ada, pegang tangan masih juga. Apalagi cium-cium dan peluk-peluk. Mereka seakan tak bisa saling jauh. Asaka mengerti benar bagaimana Witri sangat dekat dengan ibunya, maka Asaka mengalah, beginilah caranya mencintai Witri. Mereka saling berjanji akan menyimpan cinta sejati mereka, bahkan hingga hidup kedua kelak.
Kemudian datanglah
Mulailah Witri kebat-kebit. Hatinya masih terpaut pada Asaka, namun entah dimana lelaki itu berada kini. Lama juga mereka tak sua selama
“Segeralah kalian menikah. Akhir bulan inipun tak mengapa. Mama akan sangat senang sekali,” pinta Mama suatu waktu. Dan yang lebih menyakitkan,
Sayangnya, rasa rindu dan cinta Witri masih milik Asaka. Meski hari-hari Witri habis bersama
Witri ingin kembali ke masa yang sudah lewat. Witri ingin kembali bersama Asaka. Witri tidak bisa mencintai
Siang itu, Witri pergi. Menuju
Namun apa dikata. Asaka sibuk, sangat-sangat-sangat sibuk. Mata Witri yang mengatakan itu pada otaknya ketika melihat Asaka menunggu seseorang di stasiun. Witri ingin menyapa Asaka dan mengekalkan cintanya saat itu, tapi langkahnya terhenti ketika seorang perempuan menghampiri Asaka. Perempuan yang pernah Asaka kenalkan pada Witri. Tapi dulu, Asaka mengenalkannya sebagai adik angkatnya. Witri kecewa. Terluka. Merasa ingin bunuh diri saja.
Sakit itu membawa Witri sedemikian mabuknya. Ia menyakiti diri, tak sadar dan tak kendali lagi. Witri mengaduh sambil terus menenggak racun ke dalam tubuhnya. Tak pernah ia berbuat sebodoh ini, menggelembungkan lambungnya hingga ia muntah. Muntah. Muntah. Dan akhirnya pulang dijemput
Jika hidup ini memang hanya sekali, maka di kesempatan inilah, aku harus membahagiakan Mama yang telah memberi kehidupan padaku, keyakinan inilah yang mendorongnya kembali dan menyerahkan nasibnya pada roda kehidupan. Dalam kepulangannya itu, Witri memang kalah sudah. Ia tak lagi percaya pada kekuatan cinta. Sesungguhnya hidupnya telah berakhir hari itu. Hari dimana diperlihatkan cintanya pada Asaka menjadi cinta abadi yang tak pernah terbalas. Ia kembali ke tanah, berkeluarga, dan mengikat janji untuk mencinta
* * *
Kembali dalam titian masa lalu, Witri akhirnya tersadar ada lubang luka yang sangat besar di hidupnya. Asakalah yang merenggut semua keriangan itu. Asakalah yang membawa pergi semua keceriaan dalam hidup Witri. Asaka juga yang menghancurkan semua harapan Witri, dan Witri harus rela menjalani ini semua. Inilah pilihan akhir Witri saat pilihan-pilihan itu tak dapat dipilihnya.
Tapi apa lagi? Sepertinya ada yang lebih menyakiti Witri daripada kepergian Asaka. Witri masih terus mencari. Sepertinya dulu saat ia bersama Asaka, ia tidak pernah sesakit ini. Lalu mengapa kini, setelah dicinta
Asaka tak pernah meninggalkanku sendiri dulu. Asaka juga selalu kubiarkan pergi dulu. Maka mengapa sekarang aku seperti kebakaran jenggot kalau Mas
Pagi itu seperti biasa,
Witri tertegun. Tidak pernah ada yang sebegitunya padanya. Tidak ada yang merangkai cita-cita dan harapan masa depan bersamanya. Bahkan Asaka saja meninggalkannya sementara mereka masih saling mencinta. Witri juga ingat benar, masa itu Asaka masih menjanjikan bahagia cinta mereka bila menyatu.
Kemudian Gaza membisiki Witri, kemudian lagi mereka bercinta.
Witri tersenyum. Keriangan itu tiba-tiba ada lagi. Akhirnya, ia sampai pada titik kelelahan yang teramat. Kini, ia menyerah pada rasa itu. Rasa aneh yang tertanam perlahan di hatinya. Entah rasa itu bernama apa, tapi Witri merasa tenang bila
Witri membiarkan
Akhirnya titian Witri berhenti pada sebuah titik kelelahan yang teramat sangat. Ia melepas semua. Pada Gaza, Witri menjatuhkan dirinya. Bahkan Witri bertekad bulat melupakan Asaka. Ia ingin seutuhnya untuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Send me your words