Kamis, 20 Oktober 2011

Long time no see..

Hi then! Lama tak jumpa. Hehe.. Tak blogging karena keasikan bikin-bikin. Dan inilah hasilnya, tarrrraaaa...



Rabu, 05 Oktober 2011

Puisi Habibie untuk Ainun

Suka sekali sama puisinya Pak Habibie untuk almarhumah istrinya ini. Sederhana, tapi maknanya amat dalam. Pak Habibie tetap menjadi dirinya yang tak sempurna, dan justru menjadi sempurna ketika cintanya bersatu abadi dengan cinta sang istri. Di sana, Pak Habibie juga masih menyatakan bahwa nalurinya sebagai laki-laki sama dengan laki-laki lain pada umumnya, yaitu senang tergiur dengan wanita lain. Namun hebatnya semua rasa itu diredam karena arti yang mendalam pada pernikahan mereka. Andai saja, semua laki-laki dapat dengan sederhana mencintai satu perempuan saja, pasti akan lebih adil. Karena semua kebagian satu, masing-masing. Puisi yang indah lahir dari cinta yang tulus ikhlas, dari seorang laki-laki yang sederhana, untuk sebuah keabadian. Saya berdoa, semoga kelak cinta ini akan kekal sampai kehidupan selanjutnya. Amin.


"Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,

dan kematian adalah sesuatu yang pasti,

dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi,

aku sangat tahu itu.



Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,

adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,

sekejap saja,

lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,

hatiku seperti tak di tempatnya,

dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.



Kau tahu Sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.



Pada airmata yang jatuh kali ini,

aku selipkan salam perpisahan panjang,

pada kesetiaan yang telah kau ukir,

pada kenangan pahit manis selama kau ada,

aku bukan hendak mengeluh,

tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini.



Mereka mengira akulah kekasih yang baik bagimu Sayang,

tanpa mereka sadari,

bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.

Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,

tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,

kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.



Selamat jalan,



Kau dariNya, dan kembali padaNya,

kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.



Selamat jalan Sayang,

cahaya mataku, penyejuk jiwaku.



Selamat jalan,

calon bidadari surgaku."







"Kau jaga slalu hatimu, saat jauh dariku, tunggu aku kembali. Ku mencintaimu slalu, menyayangimu sampai, akhir menutup mata..." (penggalan lirik lagu oleh Seventeen Band)

Giveaway for my hubby's client: Mr. Jeff Tiuttichi (all made by myself)

Gelang beads


Book thong-nya dipakenya gini


Book thong alias pembatas buku dari tali dan beads



Tools yang dibutuhkan

Dengan segenap hatiku, maafkan aku.


Aku marah sekali siang ini! Huhhh!
Karena Amoral Terkasih kawanku itu, membingkai bahasa kalbunya untukku.



PEMANTIK LENTERAKU

Entah aku harus menulis apa.
Rasanya aku hanya ingin berterima kasih,
pada seseorang yang kini menjadi ibu yang supermom..

Seandainya bisa bereinkarnasi, aku ingin sekali menjadi anaknya…
tumbuh di dalam belai kasihnya
dan lelap di dalam pangkuannya

Sesekali aku membayangkan rambutku yang basah mencoba disisirkannya agar terlihat menawan,
atau aku diajaknya jalan-jalan dengan diboncengnya naik sepeda keliling pantai…
Dan jika kelak aku dewasa dan sudah mengerti merangkai huruf menjadi kata yang indah,
akan kubuatkan puisi terindah untuknya.
Meski mungkin kelak aku akan tahu puisi tak akan mampu menggantikan kelopak matanya yang menangis ketika melihatku lahir ke dunia.

Hm… Betapa jemarimu itu seperti jemari pelangi yang mewarnai jejak hidupku…
Tiba-tiba aku suntuk dan terhenti.
Kata - kata berlarian di savana cakarawala,
aku harus menggembalakan lagi kata-kataku menjadi kalimat yang utuh untukmu.
Teruntuk Gita Ayu Pratiwi
Terima kasih sudah selalu menjadi pemantikku,
menyalakan lagi hatiku…



Wish u ^_^
(*)


Bagaimana mungkin ia bisa mengatakan terima kasih padaku, sementara aku yang dibuat mekar karena aku merasa menemukan –tak hanya belahan jiwa, namun juga belahan kepala- Paruhan Hatiku padanya!?

Bagaimana mungkin ia punya pikiran untuk reinkarnasi dan menjadi putraku, sementara aku di sini masih saja berperang melawan sisi lain diriku yang –masih saja- tak bisa terima kalau aku adalah ibu dari seorang anak manusia!?

Bagaimana mungkin ia ingin kubelai, bila diriku saja masih haus akan kasih sayang dan semua romantika yang menyertai kehangatannya?!

Bagaimana bisa ia membayangkan ditimang di pangkuanku, bila aku –tetap saja- merindukan yang entah dan ingin disayang oleh yang entah!?

Hanya memakaikan pakaian pantas dan bersepeda ke langgar, yang benar-benar kulakukan utk membekali anakku. Tapi apakah itu cukup? Aku bahkan buruk karena ia yang disini selalu menangis ketika mulutku, dan jemariku yang berdosa ini, menyakitinya. Pantaskah aku?

Sementara aku selalu merindukan, berjalan, menyusuri pasir pantai, lalu berfoto memunggungi dunia, menatap nanar pada senja indah yang selalu ia ceritakan padaku…

Aku marah karena semua kelewat indah, sementara aku di sini hanya debu!
Aku bukan super, mungkin aku tak jua akan pernah melewati garis rata-rata. Aku marah karena aku diingatkan, aku gagal! Aku teramat gagal mencintai anakku sendiri dengan penuh! Oh Tuhan, akulah ibu yang durhaka kepada buah hati titipanNya…

Bagaimana bisa, ia memimpikan membahagiakanku bila dewasa kelak, jika saat inipun air mata tidak lahir dari hati karena ikhlas?! Aku ini setan!
Dan aku jatuh tersungkur dengan pecahan kaca kata-kata…
Marah yang terlalu marah itu, menjadi gerimis di pelupuk mata cahaya.

*Illahi Rabbi, tolong jangan renggut nafas hamba, sebelum hamba menyayangi putra hamba dengan indah. Hamba mohon…

Senin, 03 Oktober 2011

She: Ika Vantiani

My best friend, Ika Vantiani, is a great handycrafter.

Me and Ika begin to "bikinbikin" (read:making handycraft) since we worked together at Outmagz Magazine. She inspired me a lot by the things she makes.



Ika always support me to keep bikinbikin, after all she just remain me to keep doing what I love, so I don't feel bored of life.



You have to know her, and I guarantee you will fall in love with her. And now i show you, these are some of her bikinbikin. Nice!


















Pengakuan Cinta Sawitri (tulisanku dimuat di Majalah Chic, edisi 10-III)

PENGAKUAN CINTA SAWITRI


Oleh: Gita Ayu Pratiwi



“Mengapa sekarang kamu selalu bersedih? Mengapa hanya kemuraman yang kudapati bila menatap wajahmu? Mengapa keriangan yang dulu membuatku jatuh cinta padamu, sirna? Adakah engkau tak bahagia hidup bersamaku?”


Lamunan Sawitri sekejap buyar karena pertanyaan-pertanyaan itu menderanya. Matanya beralih pada sumber suara. Lelaki itu, suaminya. Orang yang dipilihnya menikahinya setengah tahun silam. Ia menjadi merasa bersalah. Antara tidak ingin melukai hati lembut lelaki itu dan juga tidak tahan hidup dalam kebohongan semacam ini. Alur kehidupan ini begitu menyiksa, bahkan teramat menyiksa batinnya.


“Nggak. Aku nggak pa-pa. Kamu boleh melakukan apa saja yang kamu mau, asal kamu senang,” jawab Witri. Tersenyum, meski ada rasa kesal menyala di dadanya.


“Aku nggak bisa pergi kalo kamunya sedih begitu. Ada apa? Bilang aku!” Gaza, suaminya berkata.


Tapi tetap saja, semuram apapun air wajah Witri, suaminya tetap pergi. Tinggal Witri sendiri di rumah. Di kamar tempat mereka berdua memadu kasih hingga kini ada janin berusia 5 bulan dalam kandungannya.



* * *



Mengapa hanya aku yang bersedih sementara Mas Gaza bisa bersenang-senang di luar sana? Mengapa hanya aku yang bermuram durja sementara Mas Gaza bisa tertawa-tawa dengan kawan-kawannya di luar sana? Mengapa hanya aku yang sendiri bersantai di rumah tak bekerja sementara Mas Gaza, setiap malam dan pagi sibuk bekerja di luar? Ia berangkat malam dan pulang pagi, lalu tidur, kemudian membuka mata untuk merasa hidup di rumah, kemudian meniduriku.


Di waktu-waktu tertentu, ia akan pergi bersama teman-temannya ke luar kota untuk berburu kaset, cd, dan plat-plat antik. Kadang juga ia harus menghadiri kumpul-kumpul sesama kolektor. Mas Gaza selalu berjanji akan cepat pulang, perginya selalu dikatakannya, tak lebih dari 2 hari. Dan memang benar, laki-laki gagah yang lebih tua darinya 5 tahun itu, selalu menepati janjinya. Suaminya juga tak pernah merasa tertarik dengan perempuan lain.


“Kalau aku jauh darimu, hatiku selalu berpulang padamu. Kau tak ada di sampingku, dan dengan begitu aku punya tanggung jawab untuk menjaga kepercayaan dan cinta yang hanya kau berikan untukku,” begitu katanya pada Witri suatu hari.


Berarti bukan Mas Gaza yang salah atas semua kemuraman ini. Berarti aku sendiri, pikirnya. Lalu Witri meniti, apa gerangan yang membuat semua menjadi kelabu. Kemudian luka itu menganga, luka itu bercerita kembali. Perih.


Mas Gaza adalah laki-laki yang Witri kenal setelah ia putus dengan Asaka, atau tepatnya berpisah terpaksa. Mama tidak setuju kalau Witri terus melanjutkan hubungan dengan Asaka. Mama tidak main-main waktu itu, apalagi Mama sangat yakin kanker yang tengah menggerogoti tubuhnya akan segera menjadi pengantar matinya.


Hanya karena Asaka cacat dan tak sempurna seperti manusia kebanyakan, Mama menolak. Waktu itu Witri frustasi. Ia dan Asaka seakan tak mampu saling berpisah, tapi juga Witri sangat sadar Mamalah yang memberinya kehidupan hingga Witri bisa merasakan pahit getir cinta dan hidup ini. Karena tak ingin menyakiti perempuan paruh baya yang dicintainya itu, Witri berpisah dengan Asaka. Tapi rasa sayang antara mereka tak pernah mati. Pertemuan masih tetap ada, pegang tangan masih juga. Apalagi cium-cium dan peluk-peluk. Mereka seakan tak bisa saling jauh. Asaka mengerti benar bagaimana Witri sangat dekat dengan ibunya, maka Asaka mengalah, beginilah caranya mencintai Witri. Mereka saling berjanji akan menyimpan cinta sejati mereka, bahkan hingga hidup kedua kelak.


Kemudian datanglah Gaza. Sempurna secara fisik, tutur kata, cara bersikap dan sifat, serta mapan secara finansial demi masa depan. Ketika Witri kenalkan dengan Mama, Mama langsung jatuh cinta. Mama serta-merta memberi nilai 9,9 pada Gaza. Cerita berlanjut, Gaza meminta persetujuan pada Mama untuk menikahi Witri. Gayungpun bersambut, Mama merestui.


Mulailah Witri kebat-kebit. Hatinya masih terpaut pada Asaka, namun entah dimana lelaki itu berada kini. Lama juga mereka tak sua selama Gaza mengisi hari-hari Witri. Gaza teramat menyayangi Witri, hingga tak mampu melewatkan sedetik saja waktu tanpa Witri di sisinya. Apalagi, Mama Witri sangat setuju Gaza selalu ada untuk menjaga putri semata wayangnya.


“Segeralah kalian menikah. Akhir bulan inipun tak mengapa. Mama akan sangat senang sekali,” pinta Mama suatu waktu. Dan yang lebih menyakitkan, Gaza setuju dan mulai menyiapkan semua. Witri bingung, sekaligus tertawa, dan juga berduka, namun terharu. Tidak ada yang pernah sebegitunya pada Witri, apalagi karena mengharap cinta darinya. Asaka saja tak punya keberanian untuk menikahinya. Lalu Witri jadi tersanjung karena keistimewaan yang Gaza berikan hanya pada Witri.


Sayangnya, rasa rindu dan cinta Witri masih milik Asaka. Meski hari-hari Witri habis bersama Gaza, hanya Asaka yang terbingkai indah di hatinya. Setiap malam Witri menangis karena rindu pada Asaka. Rindu pada waktu-waktu yang dulu ia lewati bersama Asaka. Hari-hari indah dan seakan mereka merasa begitu kuat untuk melawan Tuhan. `


Witri ingin kembali ke masa yang sudah lewat. Witri ingin kembali bersama Asaka. Witri tidak bisa mencintai Gaza, ia juga tidak bisa tidak mencintai Asaka. Air mata ini adalah karena cintanya pada Asaka. Untuknya Asaka adalah segala, Asaka adalah malaikatnya, Asaka adalah bintang kehidupan, dan tak seorangpun dapat mengganti Asaka. Witripun mengepak pakaian, dan menyiapkan bekal berjuta harapan Asaka masih merasakan hal yang sama. Witri rela meninggalkan Mama, Gaza, dan gaun pengantin yang menggantung untuk dipakai 3 minggu ke depan. Bila ini adalah akhirnya, maka berakhirlah dengan bahagia, hatinya berbulat kata.


Siang itu, Witri pergi. Menuju kota dimana Asaka tinggal. Jika ini memang pilihan terakhirnya, maka biarkan Witri memilih ini demi kebahagiaan seumur hidupnya. Tanpa pamit pada Mama, Witri bertekad pergi jauh bersama Asaka. Ini hidup Witri dan Mama sama sekali tidak berhak atasnya. Witri ingin hidup bahagia, di hidup yang cuma sekali ini, bersama Asaka. Ia merasa kuat sekali. Ia merasa sudah besar di usianya yang masih sangat muda saat ini. Mungkin cinta ini, sedemikian kekalnya hingga ia yakin Asaka akan membahagiakannya. Biarlah Mama bahagia dengan hidupnya sendiri. Biarlah Gaza terluka sebentar karena ulahnya, tapi pasti nanti Gaza akan menemukan perempuan lain yang jauh lebih baik daripadanya.


Namun apa dikata. Asaka sibuk, sangat-sangat-sangat sibuk. Mata Witri yang mengatakan itu pada otaknya ketika melihat Asaka menunggu seseorang di stasiun. Witri ingin menyapa Asaka dan mengekalkan cintanya saat itu, tapi langkahnya terhenti ketika seorang perempuan menghampiri Asaka. Perempuan yang pernah Asaka kenalkan pada Witri. Tapi dulu, Asaka mengenalkannya sebagai adik angkatnya. Witri kecewa. Terluka. Merasa ingin bunuh diri saja.


Sakit itu membawa Witri sedemikian mabuknya. Ia menyakiti diri, tak sadar dan tak kendali lagi. Witri mengaduh sambil terus menenggak racun ke dalam tubuhnya. Tak pernah ia berbuat sebodoh ini, menggelembungkan lambungnya hingga ia muntah. Muntah. Muntah. Dan akhirnya pulang dijemput Gaza. Laki-laki itu menjelma menjadi pahlawan, mengganti Asaka.


Jika hidup ini memang hanya sekali, maka di kesempatan inilah, aku harus membahagiakan Mama yang telah memberi kehidupan padaku, keyakinan inilah yang mendorongnya kembali dan menyerahkan nasibnya pada roda kehidupan. Dalam kepulangannya itu, Witri memang kalah sudah. Ia tak lagi percaya pada kekuatan cinta. Sesungguhnya hidupnya telah berakhir hari itu. Hari dimana diperlihatkan cintanya pada Asaka menjadi cinta abadi yang tak pernah terbalas. Ia kembali ke tanah, berkeluarga, dan mengikat janji untuk mencinta Gaza hingga habis usia.



* * *



Kembali dalam titian masa lalu, Witri akhirnya tersadar ada lubang luka yang sangat besar di hidupnya. Asakalah yang merenggut semua keriangan itu. Asakalah yang membawa pergi semua keceriaan dalam hidup Witri. Asaka juga yang menghancurkan semua harapan Witri, dan Witri harus rela menjalani ini semua. Inilah pilihan akhir Witri saat pilihan-pilihan itu tak dapat dipilihnya.


Tapi apa lagi? Sepertinya ada yang lebih menyakiti Witri daripada kepergian Asaka. Witri masih terus mencari. Sepertinya dulu saat ia bersama Asaka, ia tidak pernah sesakit ini. Lalu mengapa kini, setelah dicinta Gaza, sakitnya tak tertahankan. Apakah Witri hanya berprasangka, atau ini memang benar-benar terjadi padanya.


Asaka tak pernah meninggalkanku sendiri dulu. Asaka juga selalu kubiarkan pergi dulu. Maka mengapa sekarang aku seperti kebakaran jenggot kalau Mas Gaza pergi tanpa mengajakku? Apa aku tak ingin kehilangan? Ataukah aku mulai mencintai Mas Gaza? Ah, tidak! Aku tak percaya aku jatuh cinta padanya! Hanya Asaka yang pernah membuatku mabuk!


Pagi itu seperti biasa, Gaza pulang kerja. Witri membukakan pintu dengan malas. Masih mengantuk, merasa lelah dengan rutinitas ini dan kembali tidur. Lalu Gaza memeluk Witri di ranjang. Menciumnya, membelai bayi mereka yang tentram di dalam perut Witri. Kemudian Gaza mulai bercerita dan berkata-kata bagaimana ia mendidik putra mereka kelak. Witri juga sempat dengar Gaza ingin menjadikan anak itu sahabatnya. Anak itu akan menjadi manusia yang akan mereka sayangi berdua.


Witri tertegun. Tidak pernah ada yang sebegitunya padanya. Tidak ada yang merangkai cita-cita dan harapan masa depan bersamanya. Bahkan Asaka saja meninggalkannya sementara mereka masih saling mencinta. Witri juga ingat benar, masa itu Asaka masih menjanjikan bahagia cinta mereka bila menyatu.


Kemudian Gaza membisiki Witri, kemudian lagi mereka bercinta. Gaza memperlakukannya dengan sangat lembut. Dan tak henti-henti, cita-cita itu diucapkannya, “Kalau nanti…,” dan kalau-kalau selanjutnya. Tak lupa Gaza juga berkata bahwa dirinya dan bayi yang dikandungnya kini adalah permata berharga dalam hidup Gaza.


Witri tersenyum. Keriangan itu tiba-tiba ada lagi. Akhirnya, ia sampai pada titik kelelahan yang teramat. Kini, ia menyerah pada rasa itu. Rasa aneh yang tertanam perlahan di hatinya. Entah rasa itu bernama apa, tapi Witri merasa tenang bila Gaza di sampingnya. Sekaligus juga ia akan marah-marah dan gusar tak karuan bila Gaza bepergian dan jauh darinya. Witri enggan menerjemahkan semua. Mungkin cemburu, mungkin rindu, mungkin juga suka, atau sayang dan cinta.


Witri membiarkan Gaza terus berbicara dan mencurahkan semua. Pelan-pelan rasa sejuk mengaliri hatinya. Ia ingin bilang cinta pada Gaza, tapi semua tercekat tak bernada. Hatinya bernyanyi, suara-suara merdu di sana. Ini adalah pagi yang paling hangat dan romantis bagi Witri.


Akhirnya titian Witri berhenti pada sebuah titik kelelahan yang teramat sangat. Ia melepas semua. Pada Gaza, Witri menjatuhkan dirinya. Bahkan Witri bertekad bulat melupakan Asaka. Ia ingin seutuhnya untuk Gaza. Ia kini mengerti bagaimana Gaza sangat ingin dicintainya. Ia kini sadari betapa sakitnya disia-sia, seperti waktu itu Gaza disia-sia olehnya. Dan kini, Witri hanya ingin menggenggam tangan suaminya, tersenyum tenang dan terlelap. (*)




I can't sleep..

Aku berusaha tidur, menyusul suami dan anakku yang sudah pulas, tapi gagal. Jadi lagi-lagi aku begadang sampai jam 2 ini dan belum merasa ngantuk sama sekali. So I just listened to my favorite songs.

Semoga setelah ini aku bisa terlelap, dan bangun segar menyambut matahari dan embun di dahan, esok pagi...





*hasil jepretanku beberapa tahun lalu di Taman Kencana, Bogor. Kalo melihat ini, damai sekali rasanya :) Tapi sekaligus perih karena ranting-ranting yang saling silang menggunting, begitu rumit :(

Masih bikin-bikin

Kalung beads from clay




Merchandise couple-clay (belum tau mau dijadiin magnet, atau gantungan kunci, atau apa)




Kalung beads from clay (birthday giveaway for my friend, Andina Septia Widya)



Sibuknya jemariku











Bros cewek nyoro-clay




Meja laptop Ganesha-wood and picture (my hubby)










Minggu, 02 Oktober 2011

Alive..



(Actually, ini posting harusnya di-upload kemaren. Tapi karena kecapekan, akhirnya aku tidak sanggup harus bersentuhan dengan laptop lagi semalam).


October 2, 2011


Feel so alive today.

Sebetulnya sejak semalam hatiku sudah sendu. Ada seorang teman yang mengirimkan aku sebuah tulisan via facebook. Laki-laki. Nama onlinenya adalah Amoral Terkasih, tulisan itu berjudul Meniup Gelembung Untukmu, berikut ini isinya;


Aku mengingkari lagi janjiku padamu..

Janji yang sebelumnya kita sepakati, tapi aku akan berusaha menepati sampai mungkin aku tak punya waktu lagi hanya sekedar untuk berjanji..

Menggelembungkan harapan itu ke udara

Kamu tahu gelembung yang suka ditiup oleh anak kecil menjadi bundar dan terbang lalu pecah

Yah mungkin janjiku padamu sama halnya dengan gelembung, mudah ditiup lalu pecah tak bersisa..

Sambil menuliskan penyesalan ini, selagi itu juga aku berusaha membangun gelembung- gelembung itu lagi untukmu..

Kutiup dan kuselundupkan ke dalam hatimu..

Kadang nafasku tersengal meniupnya...(*)



Aku tertegun. Aku seperti kembali ke masa lalu, kembali ke era saat akupun menulis hal seperti ini setiap hari. Romantisme setiap saat. Sendu setiap waktu. Dan justru perasaan itulah yang membuatku produktif nulis.

Membaca tulisan dari kawanku ini seperti menyentil jemariku yang sudah terlalu lama terlelap, tak bicara, tak menari, tak berpuisi. Akhirnya malam minggu ini aku duduk sendiri di depan monitor, menatap barisan kata, menuliskan barisan kata, dan hatiku merasa senang sekali.

Begadang malam minggu ini tambah sendu diiringi musik-musik yang aku suka juga. Dan kalian tau ngga, aku begadang bergelut dengan monitor itu sampe adzan subuh berkumandang. Haha..

Walhasil jadilah blog ini aku urus lagi, beberapa tulisan lama juga kumasukkan sebagai bahan bacaan. Walhasil lagi, ketika selesai mendesain blog ini, aku jatuh tepar, lelap.



Baru tidur 2 jam, sudah harus bangun lagi karena Mas Gugi (suamiku) mengajakku dan Ganesha untuk olahraga pagi. Maka bangkitlah aku, tapi alhamdulillahnya energi masih mengalir deras dan matapun tak sembab. Dilanjut lagi dengan berbelanja ke Pasar Mayestik untuk membeli keperluanku handycrafting.

Kami menghabiskan banyak uang untuk keperluan hobiku ini. Dan jujur saja, kami tak biasa sebegini banyaknya keluar uang hanya untuk urusan hobi. Di tengah belanja, aku mendatangi Mas Gugi, sedikit merasa tidak enak karena takut dicap istri boros. Tapi itu hanya ketakutanku saja ternyata. Karena Mas Gugi sangat tidak masalah dengan belanja kami. Ia malah sangat mendukungku penuh, menawarkan ini-itu, dan terus menyemangatiku.

Aku merasa sangat hidup hari ini. Khususnya tentang hubungan aku dengan suamiku. Karena biasanya kami hanya menjadi orangtua saja untuk Ganesha. Kali ini, dengan kencan belanja kami ini, aku merasa lebih dekat dengannya. Teringat perasaan 5 tahun silam, saat kami masih pacaran, saat kami saling mendukung dengan kegiatan masing-masing. Rasanya kembali lagi, saat ini.

Pulang ke rumah, kami banyak bicara tentang cinta dan cita. Tentang bagaimana perjalanan ini jatuh-bangun kami lewati bersama. Juga tentang jenuh karena rutinitas yang kadang justru menjauhkan kami walau fisik kami amat dekat.

Menjelang tidur, aku sempat menatap matanya dalam, dan kutemukan cinta merah yang dulu lagi, melekatkan kami.

Terima kasih Sayang, untuk sinar cahayamu yang semakin berpendar. I love you.



Oya, dan ini ada beberapa oleh-oleh foto-foto kami saat jalan-jalan dan belanja-belanja siang ini (halah, ini apa sih tulisan dobel-dobel gini! haha..)















Note Sebagai Bunda

Menikah muda bukanlah hal mudah untukku. Meninggalkan gemilang karir, berdiam di rumah yang artinya mengurangi jam beredar di pergaulan, dan kehilangan porsi hidup dinamis adalah tantangan berat, seberat mengurus ini-itu rumahtangga. Namun inilah job desk terbaru, menjadi istri dan kemudian menjadi ibu untuk Ganeshauman, sang buah hati.

Ganesha terlahir dalam perjuangan saya melahirkan normal, di bawah bayang-bayang penyakit asma saya. Alhamdulillah ia terlahir sehat dan sayapun sehat, tanpa anfal sama sekali. Allahu akbar! Saya sempat mengalami sindrom Baby Blues sepanjang 2 tahun pertumbuhan Ganesh. Segala rasa berjibaku. Saya sedih, kecewa, marah, namun amat iba pada Ganesh yang haus kasih sayang saya. Meski begitu, saya tetap merawat Ganesh dengan kualitas nomor satu. Meski sempat frustasi, namun saya tetap memasakkan makanan lezat dan sehat untuk Ganesh, memberikan susu dan vitamin untuk menunjang kesehatan Ganesh, dan menemani Ganesh bermain di keseharian. Sementara makna menjadi ibu belum berhasil masuk relung kalbu saya. Miris memang.

Suatu ketika, di usia Ganesh yang ke-tiga, Ganesh membuka mata saya. Celotehnya tiba-tiba menjadi sangat ramai dan beberapa kali membuat saya tertawa mendengarnya. Kadang ia mengatakan hal-hal yang ajaib. Saya jadi melihat diri saya di dalam Ganesh. Tak hanya itu, Ganesh juga kerap meniru yang Ayahnya kerjakan. Kebanyakan adalah gerakan-gerakan Ayahnya dalam berolahraga. Saya membatin, "Hebat! Anak saya bertumbuh amat cepat! "

Saya akhirnya sadar betapa kasih sayang saya amat berperan penting dalam pertumbuhan Ganesh. Saya harusnya mulai menghargai diri dan peran saya yang amat mulia sebagai ibu. Tidak lama lagi Ganesh akan melesat tumbuh dan punya kehidupannya sendiri. Saya harus siap-siap kehilangan. Tapi untuk saat ini, saya harus siap-siap melakukan yang terbaik, yang terhebat, yang terkuat, sebagai bekal Ganesh menapaki hidupnya kelak. Dan di sanalah prestasi saya, sebagai ibu terbaik untuknya. (GAP)

My Own Eat-Pray-Love

Watching Eat Pray Love with him and my lil' one. And I love it.

Yang pertama kentara adalah Julia Robert, aktrisnya, sudah mulai kelihatan dimakan usia, namun tetap cantik dengan gayanya yang natural.

Liz, tokoh cerita, membuatku berkaca. Tentang pernikahannya, tentang ceritanya terjebak dalam impian ideal. Dan tentang kesepian dalam kebosanan hari-hari yang rutin.
Juga tentang pertanyaan siapa jati diri Tuhan.

Liz adalah hampir 70% impianku sebagai wanita. Pergi ke Itali yang auranya dingin di mataku dan menikmati pergaulan.
Momen menikmati makanan sedap, sungguh di mataku terasa seperti pemandangan seni yang begitu menggiurkan.

Liz dengan pakaian dan anting-kalung turquoise-nya teramat sendu untukku. Di Italia ini, Liz -yang kurasa, aku juga, meski hanya dgn menontonnya- telah melepaskan kedukaan dan menguliti kenangan lama yang menyampahi hati. Inilah puncak kebahagiaan menjadi perempuan bebas. Tidak menjadi feminis, atau sibuk berdemokratis. Cukup hidup menjadi perempuan, dan bebas saja. *ah, thin pizza-nya begitu mesra di bibir.

Berpindah ke India, hatiku diterpa badai. Persis ketika konflik dengan suami. Runyam. Entah bagaimana menemukan ketenangan dari semua yang keliahatan berantakan di kota itu.

Liz, cantik dengan sari khas India. Mengingatkanku pada mimpi-mimpi menjahitku. Ingat proyek-proyek merealisasi konsep dalam kepala, hilang karena kehidupan.

Lalu seperti Liz, aku seharusnya memaafkan diriku sendiri. Memaafkan karena hal-hal bertajuk mimpi dan cita-cita yang tak terkejar karena aku mencintai Ganesha-ku. Kesayanganku, buah hatiku yang kurawat setiap hari. Harusnya aku merelakan saja diriku yang telah menjadi ibu dari seorang anak manis, hingga hari ini. Hatiku tiba-tiba retak, dan meneteskan embun air mata di sana.

Di scene India ini, aku menemukan beberapa sign Tuhan tentang kehidupanku sendiri.
Liz mempertemukan mata kami dengan patung dewa Ganesha. Nama yang sama dengan nama yang kuberikan pada anakku, Ganeshauman. Berbadan manusia, berkepala gajah. Tentu bukan kami ingin dia berfisik begitu. Tapi karena Ganesha adalah Penghilang Rintangan. Begitulah kami ingin filosofinya berlaku dalam hidup.

(Dan hingga scene ini tayang, Ganesha-ku yang berusia 3 tahun itu tetap membuka mata dan turut menonton film midnite ini. Ia bersorak ketika namanya disebutkan di film itu. Membuat kami girang tapi sibuk mengucapkan "sstt" padanya).

Kemudian, ketika seorang teman Liz bernama Tulsi menikah, Liz memberikan GURUGITA-nya agar Tulsi berbahagia dalam pernikahannya kelak.

Sepenangkapanku, Gurugita adalah semacam doa dalam meditasi, harapan yang terlintas ketika pikiran kosong, dan Tuhan masuk ke dalamnya. Tapi yang lebih istimewa untukku, GURUGITA adalah gabungan nama suamiku dan aku. Dia, GURUMILANG dan aku, GITA. Hebat! Kami benar-benar jodoh dalam film ini! :)

Selanjutnya film berjalan, aku tersenyum terus sambil menggenggam tangan suamiku, dengan bekas hangat kecupnya di keningku.

Tibalah Liz di Bali. Tempat yang tahun depan menjadi tujuan piknikku dan suami serta Ganesha.
Membuatku melihat hijau alam, bunga-bunga manis, daun kering, dan sentuhan Tuhan di hatiku. Aku seperti disentil, ditegur kalau manusia sepertiku ini harusnya menyayangi ibu bumi. Karena di sana ada Tuhan. Dan telah lama aku terlupa. Lebih sibuk menghabiskan isi alam jagad raya ini. Maka ketika suami menawarkan ke Bali untuk sebulan, akupun mengamini.

Tapi aku beda dengan Liz yang mengonsep dirinya sebagai Sang Penyeberang. Aku tak begitu. Dan mengapa sepertinya Liz mudah sekali berpindah ranjang dengan beragam laki-laki berbeda, meski di ujung cerita ia tak punya hati? Aku tak begitu.

In the end, aku merindukan yang Liz punya dimanapun ia berada. Seorang sahabat yg mengerti saja tanpa banyak bicara.
Meski aku bukan world traveller , atau belum. Tapi aku mencintai perjalanan Eat-Pray-Love-ku dengan nama baru GURUGITA dan GANESHA. Dan cinta itu akan selalu membawaku berpulang kepadaNya. Apapun agamamu, Ia di hatimu.(*)

The Sabotage featuring Democrazy (Refill Cinta)

Dear Notes,
Kamu tau kan aku selalu bilang pada orang-orang, bahwa cara termudah adalah dengan mendengarkan Love Song atau lagu memori, demi me-refill cinta.

Dan malam ini, aku dan Mas baru saja me-refill cinta dan hati kami.

Ketika Mas pulang kerja, kami langsung menghambur keluar, minta dinner di luar. Suasananya pas sekali. Dan tak kusangka, Mas membicarakan masa lalunya.

Yaitu ketika usianya masih duapuluh-an. Ketika masih kental dengan musik punk-nya. Ketika ia masih amat cinta celana street dan bootsnya. Sepanjang itu ia bercerita tentang sehari-harinya dulu, ia lewati dengan mabuk anggur.

*detik itu kami tertawa bersama,
Dear...

Soal mabuknya, aku menyambut, "Aku sudah sejak SMP, mabuk. Dulu kedapatan nyempilin nipam di kelas." Tapi aku ga secandu Mas. Proses mabukku tidak lama karena aku tak menemukan kenyamanan pada pelarian jenis itu. Setelah itu aku menjadi seorang Straight Edge yang menganut paham hidup bersih.

"Ah gilanya, di acara Holiday In The Sun, waktu Street Voices naik panggung, aku mabuk lalu pogo gila-gilaan, lalu jatuh, lalu muntah, lalu tidur di atas muntahku itu," cerita Mas penuh semangat.

Kenanganku menari lagi ke masa gigs Holiday In The Sun marak di komunitas underground kami.

"Dan aku ingat, waktu aku lihat kamu di acara Rambo (nama band) di Capitol Sukabumi, aku ga suka kamu. Kamu judes," kataku.

Lalu kami tertawa bersama. Banyak nama kami sebut. Nama band Mas dulu, The Sabotage. Nama band hardcore-ku dulu, Democrazy. Fortuna Little Hell, Xigit Democrazy, Acil Marucil, Helmi, Geboy, Oni, Pepi, Movement, semua adalah bingkai kenangan kami.

Tiba-tiba Mas melanjut, "Sebetulnya masa aku pertama berkenalan dengan kamu, adalah masa terburukku. Masa aku mabuk setiap hari, tak terkendali. Dan kamu datang, membawaku dalam kebaikan."

Terdengar murahan, tapi kuakui pipiku menyemu.

Pernikahanlah yang menyatukan kami dan membawa kami keluar dari masalah masa muda kami. Mas dengan mabuk dan kegamangan hidup yang tak bertujuan, dan aku yang terlarut dalam konflik keluarga.

Dan kami masih ingat, ketika kami kencan pertama di Pepi. Mas bilang cari istri, begitupun aku butuh suami. Menikahlah kami, kini dilengkapi Ganeshauman, sang buah hati. Akhirnya kami sadar bahwa kami harus benar-benar saling menjaga dan menjaga diri kami masing-masing. Semua ujian yang ada tak seharusnya membuat kami kalah.

Refill kami tutup malam ini dengan bunga-bunga masa lalu yang unpredictable itu. Mungkin tak ada love song, tapi hati kami bernyanyi: The Sabotage featuring Democrazy.

:)

Balada ibu yang belajar ikhlas dengan ikhlas.

Kepalaku masih berat rasanya
Seperti mataku juga
Tapi di sana terbingkai indah kehadiranMu semalam

Yaitu ketika kesulitan ini telah demikian menjadi-jadi
Lalu kepala telah tertukar dengan kaki
Desir anugerahMu hadir membisiki pelan
Tapi, aku tetap pusing
Karena kepalang sudah berkunang-kunang

Mulai saat itu, aku tak mampu mengapa
Namun hebatnya aku tak merasa lelah
Hanya saja di hatiku, lahir tanda tanya yang jumawa

"Tuhan, aku mungkin tak patut menyadari Kau baik. Kau selalu memberikan jalan dari semua aral yang melintangku. Tapi selalu saja begini. Di ujung cobaan, Engkau selalu hantar aku menuju arah keluar, tapi sayangnya jalan itu selalu penuh beling belulang. Selalu sakit untuk dipilih. Sepertinya hidup ini Engkau tulis selalu tak mudah untukku."

Hening itu datang di antara pening.
Aku tak mampu tidur, tiada pula mengeluh.
Tapi tiba-tiba saja aku sangat ketakutan. Aku raba leherku dan menggenggamnya erat agar nafas itu tetap mengalir di sana agar aku tiada mati.

Lalu aku bangkit. Berjalan sana kemari. Duduk bersila atau lari berdiri. Tak pula jiwaku tenang.
Menatap cinta-cintaku yang saat itu sudah pulas, segera kugenggam leherku agar aku tak hilang nafas.
Mereka Kau cipta untukku. Betapa Engkau melengkapiku.

Aku harap ada suara pada hening itu, untuk menghilangkan ketakutanku. Kucari tau...

Maju beberapa langkah, menuju mesin air, agar ada suara air mengalir.
Dan seluruh tubuhku selaksa berwudlu.
Dan setiap badanku suci kubasuh.

Dan indahnya mukena emas kawin pernikahanku kupandang. Dan bila kusentuh, rasanya hangat, lembut layaknya nafas yang Kau titip di nadiku.

Dan mukena itu kukena
Dan semua bait itu tercipta.
Air mata saja tak mengotori manisnya sujudku.
Sujud yang syahdu. Sujud kasih sayangMu. Sujud pasrahku. Sujud insan bertabur debu.

Aku mencintaiMu, Illahi.
Bila pagi tiba, bila hidup ini masih milikMu, bila nafas ini masih mengisi jantungku karena ridlaMu,
Jalan Beling Belulang itu akan aku jalani dan akan aku pasrahkan semua langkah itu hanya karena ridlaMu.

Amin.

Bunda Proud Of You, Son

Kepenatan saya hari ini, kelar urusannya setelah disuguhi sebuah kepintaran baru Ganesh yang bertambah satu, hari ini.

Ketika itu, saya baru saja selesai menyuapinya makan malam. Dan tentu saja, yang namanya Ganesh kalau makan tetap saja sulit diam. Juga mulut saya tetap saja mengoceh sampai tumbuh daun. Sesi ribet menyuapi ini selesai. Suapan terakhir saya masih menyumpal di mulut Ganesh, dan dia sudah mulai mengoceh lagi.

Tadinya saya cuek dengan celotehannya, karena ini giliran saya yang makan, saya fokus pada piring saya. Tiba-tiba, Ganesh duduk di samping saya, masih dengan mengoceh. Tapi kali ini dia mengajak saya bicara. Agak malas sebenarnya saya. Tapi tak disangka, inilah momen penting saya menjadi ibunya.

"Bunda, alo' bunda, patuwi..."

Berhenti sebentar. Saya juga berhenti, berusaha mencerna apa yang diucapkannya. Kata terakhirnya mirip badui, tapi dengar dari mana anak ini tentang badui.

Saya hanya menjawab iya, pura-pura mengerti, padahal saya belum ngeh arti kalimatnya. Ternyata, Ganesh melanjutkan.

"Alo ayah, gulumilang."

Wahahahaha! Saya tertawa sampai menangis! Ternyata Ganesh menyebutkan nama saya dan ayahnya.

"Jadi, kalo Bunda, Pratiwi. Kalo Ayah, Gurumilang ya Dek?" kata saya mengulang perkataannya.

"Iya," jawabnya.

Dan semua lelah itu terbayar sudah. Saya bangga. :)

Tema Besar Hidupku

Aku masih berjuang melawan stres yang mengangkang di mentalku. Yang terasa, perjuangan itu seakan terjawab dan semakin membuahkan hasil, meski kecil-kecil.

Hingga suatu pagi, aku terbangun dengan pening karena flu semalam. Suami sudah pergi sejak subuh tadi. Lagi-lagi, hanya keheningan yang terasa di tempat tidur. Tiada apapun di sekeliling, hanya anakku yang masih terlelap dengan piyamanya. Wajahnya bersih, polos, manis sekali.

Lalu timbul pertanyaan, "Apakah hari ini akan berbeda dari kemarin-kemarin? Apakah hari ini tetap depresi? Apakah anak ini akan kuaniaya lagi? Apakah aku manusia hari ini?"

Tak terjawab, akupun membenamkan diri dalam sejuta tugas ibu rumahtangga. Kegiatan mencuci yang membuat kepala terasa berputar tak henti. Membersihkan rumah, ya sedikit menenangkan hati karena setiap sudut bersih kini. Juga memasak, menyiapkan santapan bila si kecil bangun dan merasa lapar nanti. Belum selesai semua, anakku bangun.

"Bunda, Ganesh mau makan," maka terpaksalah kukebut masakku. Lalu mandi, kemudian menyuapi, barulah bisa menaruh pantat di kursi setelah rentetan kerja keras tadi. Haah, enaknya. Badan terasa lelah. Dan duduk ini seakan menjadi rezeki yang amat agung karena saking nikmatnya.

Tapi tak lama, karena tiba-tiba Ganesh pulang dengan menangis. Di mulutnya ada pasir dan air berwarna hitam. Badannya pun kotor, seperti belepotan air selokan. Oh, rupanya Ganesh jatuh ke selokan di depan rumah saat tadi main dengan teman-temannya.

Darahku naik. Tapi kuperhatikan dia tidak menangis kencang, hanya mulut saja komat-kamit sibuk meludahkan kotoran dari mulutnya. Berarti jatuhnya tidak sakit.

Aku tanya kenapa, Ganesh tidak jawab. Masih sibuk meludah. Aku bawa ke kamar mandi, buru-buru kubersihkan mulutnya. Sesaat aku mau marah, tapi Ganesh justru dengan cerianya bercerita, tepat ketika mulutnya selesai kubersihkan.

"Tadi main mbem-mbeman (mobil-mobilan), eh Kak Bian (tetangga kami) dolong mobil Dede, eh Dede jatoh, duk! gitu."

Aku menatapnya. Ganesh tidak memikirkan sakitnya. Pergi main ke luar rumah selalu menyenangkan buatnya, karena disana ia refreshing. Kasihan juga selalu memenjaranya di rumah.

Akhirnya aku luluh. Marah-marah juga rasanya tak guna. Ini tentu bukan salah Ganesh, iapun juga tak mau. Dan mungkin kalau ia bisa mandi sendiri, ia juga tak mau merepotkanku untuk memandikannya. Akulah satu-satunya pusat kehidupannya.

Aku tersentuh. Ganesh telah memberiku pelajaran.
Siapapun bisa jatuh hingga terpuruk. Jatuh itupun telah ditakdirkan Tuhan jauh sebelum kita lahir. Tapi ternyata Ia tak sekedar menjatuhkan kita dalam cobaanNya yang tersulit, karena di antara badaiNya, Ia tetap menyayangi kita. Ia kirimkan malaikat-malaikatnya untuk menggenggam dan menguatkan kita agar kita bangkit keluar dari badai. Dan tentu akan sangat berarti, bila kitapun bisa menjadi penuntun bagi setiap orang yang tengah diterpa badai hingga selamat dari semua itu. Seperti aku, artiku untuk si kecil Ganesh.

Maka kupadamkan amarahku karena kenakalan Ganesh pagi ini.
"Gapapa Ganesh jatoh, kan bisa dibersihkan Bunda. Tapi Ganeshnya seneng nggak?" tanyaku di ujung peristiwa.

"Seneng donk," jawabnya sambil tersenyum.

Hatiku tenang. Dan duduk lagi, mensyukuri rezeki.*

Catatan Depresi

Kunamai hari ini adalah "Hari yang sangat huuffth.."
3 tahun sudah aku di rumah dan tak melakukan apapun. Tidak kreatif, tidak produktif, bahkan tidak senang-senang juga. Sama sekali stagnan dan jenuh. Hanya mengurus anak dan mengurus rumahtangga. Betapa jenuhnya, hingga tegangan tinggi sampai ke ubun-ubun. Seringkali stres itu meledak dan selalu saja orang-orang terdekatku yang menjadi korban. Padahal merekalah yang paling kusayang tapi parahnya, mereka sekaligus menjadi sasaran pelampiasan kemarahanku. Tak hanya kepada mereka, akupun ternyata telah menyakiti diriku sendiri.
Aku adalah pengidap asma dan tanpa kusadari, semakin aku stres, semakin parahlah asmaku bila kambuh. Semua tempat pusat kesehatan yang kudatangi tak membenarkan jika aku adalah pasien asma. Mereka semua menyatakan sesak nafasku terjadi karena beban pikiran. Padahal aku sangat tersiksa bila asma ini tiba. Rasanya sakit minta ampun, seperti sakaratul. Batas antara bertahan hidup dan kematian itu rasanya teramat tipis sekali. Hanya berbatas sebuah nafas, dan nafas itu begitu tipis layaknya benang piano. Bila meregang dan ditarik sedikit saja, putuslah, hilanglah sudah nyawaku.

Namun anehnya, aku selalu mengatakan ingin mati saja ketimbang memperbaiki semua. Padahal konsep berkeluargaku amat jelas, lengkap pula fasilitas, ide-ide agar merasa lebih hidup juga mengalir deras, namun semangat itu, memuai dimana entah.
Aku mendatangi banyak orang, mengeluhkan pada mereka tentang kemunduran hidupku ini, dan semua orang justru pergi. Kata mereka, justru akulah yang tengah membunuh diriku sendiri dengan selalu bersikap negatif begini.
Akupun kesal pada diriku sendiri. Apakah yang terjadi pada dirikupun, aku tak mengerti. Duniaku berjalan mundur, dan berubah menjadi kelam pekat yang hanya berisi air mata dan kemarahan. Semua hal yang manis dan ceria dulu, hilang.
Anakku adalah korban paling utama yang nomor satu paling menderita dengan sakit jiwaku ini. Sebenarnya ia adalah anak laki-laki yang manis. Rambutnya keriting, bermata besar, hidung jambu, dan bibir merah mungil, giginya rapih rata seperti ayahnya. Di usia 3 tahunnya, ia telah menunjukkan kecerdasannya. Banyak sekali hal yang ditanyakannya, ia cerewet, dan ia senang sekali menyanyi. Seharusnya aku bahagia membesarkannya. Tapi lebih seringnya, anugerah Tuhan ini, kuaniaya.
Sampai kapanpun dan bila kutanyakan pada siapapun di dunia ini, pastilah aku yang salah. Akulah yang memang tak mampu menjadi ibu yang baik. Bocah lelaki seusianya memang sedang lincah, sedang cerewet, dan sedang nakal-nakalnya. Khasnya balita. Tapi bagaimana dengan anakku? Aku memukulinya. Seringkali, aku justru ketakutan karena setiap kali aku memukulinya, ia akan menangis, lalu tidur, dan kukira ia telah mati. Aku menjadi amat paranoid. Dan ini terjadi tak hanya sekali dua.

Hari ini, aku ditampar dengan berita tentang bayi bernama Feri yang dianiaya ibunya. Aku merasa mual ketika melihat di layar televisi, Feri dengan seluruh tangan dan sekaligus kakinya terpaksa di-pen, karena patah semua tulangnya. Lalu kulihat anakku, apakah aku tega membuatnya menjadi seperti Feri yang malang? Siapakah aku yang selama ini menghajar anakku bila ia sedikit saja melakukan kesalahan? Apa hakku yang melampiaskan semua frustasiku pada anakku padahal aku susah payah melahirkannya dulu? Sudah tak punya hatikah aku? Sementara melihat berita bayi Feri, aku menitikkan air mata, lalu kemana kasih sayangku terhadap anakku sendiri, jika aku selalu menjadikannya bulan-bulanan stres yang kualami? Masihkah aku manusia atau sudah menjadi setan kini? Tidddaaaakk!!


Aku merasa ada yang aneh dalam diriku, dalam jiwaku, perubahan mentalku. Mungkin aku memang benar-benar sakit jiwa. Tapi sungguh tak ada yang bisa menolongku selain diriku sendiri. Curhat dengan seorang kawan amatlah menolong. Amat melegakan. Berbincang dengan seorang teman yang dulu sama-sama bekerja di bidang kreatif, sangat menginspirasi dan berhasil membuat hasratku perlahan bangkit lagi. Benar-benar bersyukur masih dikelilingi lingkaran persahabatan yang tulus dari beberapa teman. Berarti hanya tinggal aku yang harus mulai melawan diriku sendiri. Mampukah? Harus! Indeed.



*matamu jgn curiga gitu donk! Aku masih dan akan terus berusaha menjadi manusia kok. Hatiku masih milik Ganesh.




Ganeshauman Taqwa, my sun-son


Jangan Kalah Sama Baby Blues

Menjadi ibu adalah karunia yang amat berharga untuk setiap perempuan di segala penjuru dunia, bahkan pada bangsa hewan sekalipun. Proses melahirkan anak yang telah kita kandung dan menjadi bagian dalam diri kita sungguh tak akan ternilai harganya. Menjadi ibu adalah keajaiban, dan melahirkan adalah rahasia Tuhan yang paling menakjubkan. Namun ternyata, menjadi ibu juga berdampak negatif pada sebagian wanita. Selain mengubah bentuk fisik, efek negatif ini juga menyerang psikis para ibu. Derita psikis inilah yang disebut-sebut dengan baby blues.

Faktor utama terjadinya baby blues disebabkan oleh ketidaksiapan mental sang ibu dalam menerima perubahan fungsi dirinya yang kini bertambah dengan menjadi orang tua. Berikut adalah kondisi dan tips mudah memutarbalikkan baby blues.

Jika Anda merasa baby blues karena aneh menyaksikan ada seorang manusia mungil lahir dari tubuh Anda, seharusnya Anda bangga karena Anda baru saja naik kelas. Selamat! Derajat Anda sebagai perempuan baru saja naik menjadi wanita sempurna. Buka mata Anda, tidak semua perempuan seberuntung Anda. Apalagi bila Anda diberkahi bayi yang sehat, sempurna, dan lucu. Suamipun akan lebih menghargai Anda dan ikatan di antara Anda berdua akan semakin lekat. Dan percayalah, jika rumahtangga Anda sebelumya kurang hangat, anak bisa menjadi obat dari itu semua. Ialah perekatnya kelak, bahkan hingga maut datang memisahkan.

Jika Anda merasa baby blues karena tidak percaya diri ketika harus menggendong dan menyusui bayi merah Anda, mulailah berfikir dengan penuh jiwa sosial. Anda sebagai perempuan yang punya sifat sentimentil dan lebih halus daripada laki-laki, tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana bisa membantu mengurangi kelaparan anak-anak di Ethiopia, sementara di depan Anda, ada seorang anak yang membutuhkan kasih sayang Anda agar ia dapat terus hidup. Hanya ASI Anda yang terbaik untuknya saat ini. Jadi janganlah bersikap egois dengan merasa takut bentuk payudara Anda akan rusak. Anda tahu ini tidak akan berlangsung selamanya toh? Anda akan punya waktu untuk memperbaikinya nanti, setelah bayi Anda tidak memerlukan ASI lagi. Kalau dulu waktu kecil kita bermain-main dengan boneka kita dan menyuapinya, maka sekarang ini Anda bisa menyuapi bayi sebenarnya. Menyenangkan bukan?

Jika Anda merasa baby blues karena kerepotan mengurus bayi Anda, tariklah nafas dalam-dalam dan kerjakan semua satu-satu secara perlahan. Tidak ada yang menuntut Anda sesegera mungkin harus menyelesaikan semua. Ini bukan ujian dan Anda tidak sedang dikejar waktu. Ini adalah hidup yang mengalir. Lagipula Anda boleh meminta bantuan jika memang butuh. Ada banyak orang yang bisa membantu Anda. Ibu, ibu mertua, saudara, atau babysitter sekalipun akan siap membantu Anda dengan senang hati. Mengurus anak adalah proses belajar. Dan kita tahu, belajar harus pelan-pelan dan berulang-ulang. Saat ini sudah banyak sekali buku atau situs internet yang bisa Anda jadikan pegangan dalam mengurus anak. Nanti Anda akan terbiasa dan rutin melakukan aktifitas menjadi ibu, dan sadarkah Anda bahwa saat itu Anda sudah menjadi entrepreneur?

Jika Anda merasa baby blues karena merasa takut kehilangan pekerjaan dan karir Anda karena repot mengurus anak, ubahlah pikiran ini. Dunia ibu dan dunia bayi adalah dunia yang amat luas dan penuh warna-warni. Anda tidak akan pernah melihat semua ini sebelumnya. Anda bisa saja berpindah-pindah kerja dan membuat prestasi di tiap-tiap tempat itu. Tapi, bekerja sebagai ibu adalah pekerjaan yang jauh berbeda dengan pekerjaan Anda di kantor. Dan jika Anda sebelumnya adalah wanita karir yang menyukai tantangan, inilah wahana baru yang penuh tantangan berbeda buat Anda. Prestasi yang Anda capaipun bukan sekedar penghargaan atau promosi, tapi bonding yang makin erat dengan si kecil, dan juga pahala. Ya, merawat anak bisa membuat Anda lebih dekat dengan Tuhan dan surgaNya. Jelas kan bedanya? Ini adalah pekerjaan yang tak hanya meyangkut duniawi semata, tapi juga akhirat dan akan berakhir di surga bila kita menjadi ibu yang baik. Ada hubungan mistis yang terjadi antara Anda, bayi Anda dan juga Sang Pencipta Kasih Sayang ketika kita melewati momen-momen berharga karena merawat si kecil dan menyaksikan pertumbuhannya.

Jika Anda merasa baby blues karena takut kehilangan kebebasan dan kesenangan karena anak akan membelenggu Anda, sadarilah ini merupakan konsekuensi dan percayalah bahwa ada lebih banyak lagi kesenangan dan tawa, atau sekaligus tangis haru yang akan lahir seiring dengan pertumbuhan bayi kita. Lagipula Anda masih punya waktu di sela-sela rutinitas Anda merawatnya. Silakan susun kegiatan-kegiatan yang Anda suka dan dapat Anda lakukan sebagai refreshing pada saat Me Time-Anda. Banyak sekali kesenangan baru untuk kita para ibu baru. Contoh kecilnya saja, bila dulu kita berbelanja pakaian untuk kita saja, sekarang ada euphoria tersendiri ketika sibuk memilihkan pakaian si kecil di toko. Pasti berbeda karena kita sekarang memilih baju-baju yang mungil dan beragam warna dengan model yang lucu-lucu pula, dan membayangkan bagaimana jadinya bila bayi kita memakai pakaian ini. Bila dulu kita tak pernah masuk dapur, saat ini kita akan mulai meramu resep untuk kita berikan ketika si kecil mulai makan makanan tambahan. Semakin kreatif kita memodifikasi resep, semakin liar imajinasi kita. Mungkin kebebasan itu memang tidak seluas dulu, tapi yang paling penting adalah sekarang hidup Anda lebih baik, lebih terkendali, lebih teratur, dan Anda menjadi lebih dewasa dan bijak.

Brian Tracy, dalam bukunya Change Your Thinking-Change Your Life, menuliskan beberapa hal yang bisa kita aplikasikan sebagai trik melawan baby blues dan mengubah hidup Anda menjadi lebih baik lagi.

Berpikir Positif
Berpikir positif berarti menunjang kehidupan Anda agar menjadi lebih baik. Pikiran positif ini akan meng-empower Anda hingga Anda menjadi merasa lebih kuat dan percaya diri. Berpikir positif secara langsung akan memberi efek-efek yang konstruktif yang besarnya dapat diukur terhadap kepribadian, kesehatan, tingkat energi, dan kreativitas Anda. Semakin positif dan optimis, maka semakin bahagialah Anda. Maka jangan biarkan pikiran negatif men-disempower Anda karena ini hanya akan menghasilkan hal buruk pada diri Anda. Kapan pun Anda merasa lemah dan tidak percaya diri, Anda sebenarnya sedang menyerah. Dan saat itu Anda merasa marah dan defensif, bahkan frustasi dan tidak bahagia. Pada kondisi inilah baby blues menyerang Anda. Sebaiknya jangan dipertahankan karena lama-kelamaan pemikiran yang negatif akan dapat membuat Anda sakit secara fisik, dan bahkan dapat merusak hubungan Anda dengan suami, sang bayi, atau juga orang lain.

Biarkan Emosi-emosi Negatif Kelaparan
Hukum Substitusi berkata, “Otak Anda hanya mempunyai cukup ruang bagi satu pikiran setiap kalinya, apakah itu positif ataupun negatif. Anda dapat menyubstitusi sebuah pikiran negatif dengan sebuah pikiran positif kapan pun Anda mau.” Lalu Hukum Emosi mengatakan, “Sebuah emosi yang lebih kuat akan mendominasi dan menindas emosi yang lemah, dan emosi yang mendapatkan konsentrasi Anda akan tumbuh berkembang dan menjadi kuat.” Jadi setiap kali Anda bereaksi dan memberikan respons yang positif pada apa yang tengah Anda jalani, Anda sebenarnya tengah mengendalikan alam bawah sadar Anda agar tidak menyerah begitu saja. Dan bila Anda terbiasa dengan ini, maka Anda akan dapat melewati semua kesusahan, hingga kemudian berhasil menguasai hidup Anda seutuhnya.

Ubahlah Interpretasi Anda atas Berbagai Peristiwa
Tekankan bahwa setiap saat Anda dapat melakukan interpretasi ulang atas peristiwa-peristiwa yang tidak membahagiakan yang terjadi di masa lalu dan mengubahnya menjadi hikmah yang positif. Sisi itulah yang perlu Anda masukkan ke dalam pikiran Anda dari serangkaian kesulitan dan pembelajaran selama mengandung dan melahirkan. Dan bagaimana tugas menjadi ibu menunggu di depan. Fokuskan diri Anda pada bagaimana pengalaman buruk yang pernah terjadi kemarin-kemarin justru dapat membuat Anda tumbuh menjadi ibu yang lebih baik dan bijaksana kelak. Hapuskan kata-kata “andai saja”, tiada guna menyesali. Hentikan melakukan pembenaran diri. Lakukan saja dengan tulus. Jika memang salah, akui saja, toh Anda punya kesempatan untuk memperbaiki semua. Jangan terlalu larut dalam kesakitan dan kesalahan yang sudah-sudah. Anda tidak mau terjatuh ke dalam lubang berkali-kali kan?

Jadilah Diri Anda Sendiri
Ketakutan-ketakutan itu mungkin saja datang karena opini orang-orang di sekeliling Anda. Tidak ada satu orang pun yang dapat mengendalikan Anda, apalagi menyangkut hubungan Anda dengan bayi Anda. Jangan pernah melakukan sesuatu, atau batal melakukan sesuatu hanya karena Anda mempertimbangkan apa yang akan orang pikirkan tentang Anda. Kenyataannya tidak ada seorangpun yang memikirkan Anda sama sekali. Anda harus tahu persis siapa Anda, dan bukan bayang-bayang mereka, sehingga Anda tidak perlu terus berusaha mencari pengakuan dari orang lain. Kenyataannya tidak ada seorang pun yang lebih peduli pada Anda dan bayi Anda selain Anda sendiri. Oleh karena itu, jalanilah dengan baik. Rencanakan semua dengan baik. Rawatlah bayi Anda dengan baik.

Bebaskan Diri Anda
Maafkanlah diri Anda jika memang ada luka lama yang tertinggal. Ini adalah lembaran baru untuk Anda. Terimalah tanggung jawab itu. Buatlah penyesalan yang positif, katakan, “Saya maafkan semua yang telah terjadi. Saya adalah perempuan yang baik. Saya bisa menjadi ibu yang hebat. Kelak masa depan saya bersama keluarga akan indah.” Ulanglah kata-kata itu hingga memenuhi kepala Anda dan akhirnya akan membangkitkan Anda kembali. Tidak ada kesulitan yang tak usai.

Menjadi ibu tidaklah mudah. Akan menjadi lebih sulit jika Anda tidak punya rasa kasih sayang pada bayi Anda. Sementara yang perlu Anda ingat adalah bayi Anda merupakan buah kasih sayang Anda dengan suami. Ia adalah sesuatu yang lahir atas nama cinta. Ia tak berdosa, bahkan ia tak meminta dilahirkan. Ia hadir justru untuk menyempurnakan Anda. Berpikirlah yang indah karena ia punya banyak sekali kejutan indah hanya untuk Anda, ibunya. Ibarat menabung dan menanam, jika Anda merawat dan menabung yang baik dengan penuh kepedulian dan kasih sayang, maka hasil yang akan Anda dapat adalah anak yang akan menyayangi dan berbakti pada Anda kelak. Percaya tidak percaya, tiket surga itu sudah di tangan Anda. Indahnya lagi, di telapak kaki kita terletak surga untuk mereka. Berbahagialah, Ibu.(*)

Cerpen Anak: Cinta Bumi (Cinmi)

Suatu hari, Cinmi sedang berjalan-jalan sambil mengunyah permen. Ia membuang bungkus2 permen itu di sepanjang jalan yang Ia lewati. Tiba2..

Tanah tempatnya berpijak bergetar, dan Cinmi hilang keseimbangan. Ia pun jatuh terduduk di rerumputan yang mengering. Lalu tiba2 ia mendengar suara tangisan. Cinmi celingukan, tidak ada siapa2. Hanya angin yang berhembus membawa debu.

"Hei, ini aku yang menangis."

Hah! Cinmi kaget! "Siapa itu?" katanya.

"Ini aku, Bumi." Dan tiba-tiba nampaklah wajah Bumi yang murung dan sedih.

"Aku selalu berada dekatmu, tapi kamu seakan tak menyadariku ada", kata Bumi.

"Aku tidak tahu kalau kamu bisa bicara, Bumi", jawab Cinmi masih penasaran.

"Tentu saja bisa. Sayang saja kamu dan orang2 sudah terlalu sibuk dengan urusan masing2. Kalian sudah tidak sayang aku lagi," keluh Bumi.

"Sayang kok! Aku kan Go Green!" sanggah Cinmi.

"Memangnya kamu tau Go Green itu apa?" tanya Bumi.

"Tau donk! Menghemat air! Contohnya aku hanya mandi 3 hari sekali untuk menghemat air," jawab Cinmi bersemangat.

"Wah, berarti kamu bau sekali yaaa?" kata Bumi sambil manyun.

"Bukan itu. Kamu bisa kok tetap mandi setiap hari," sambung Bumi lagi.

"Habis, bagaimana donk, aku dapat membantumu?" tanya Cinmi.

"Lihat deh, bungkus permen yang kau buang tadi. Kau melemparkannya seenaknya ke badanku. Kalau kau sayang aku, pasti kau akan buang bungkus itu di tempat sampah. Karena plastik itu sulit sekali aku hancurkan. Kalau aku tidak sanggup menghancurkannya, sampah2 itu bisa menjadi petaka buatmu. Mereka bisa menyumbat saluran air, dan bila hujan deras, rumahmu bisa banjir, kamu pun bisa ngacir. Hayo, siapa yang paling kesusahan? Kamu kan?" terang Bumi.

"O iya, kamu duduk di rumputku, enak tidak? Berlindung di bawah pohonku yang teduh, enak tidak?" tanya Bumi pada Cinmi.

"Enak!" jawab Cinmi riang.

"Nah, mulailah menanam pohon. Karena pohon itu banyak gunanya. Badanku juga jadi tidak gerah kalau ada pohon. Rumput2 akan menahan debu, jadi tidak gersang. Pohon akan memproduksi oksigen untukmu bernafas dan mengalahkan polusi. Suatu saat buah pohon itu bisa kau panen." Mata Bumi bersinar. Ia berharap Cinmi setuju dan mau membantunya yang sedang tidak sehat sekarang.

"Baiklah, ternyata mudah ya menolongmu Bumi. Kalau begitu, aku akan ajak teman2ku menyelamatkanmu dari kerusakan. Supaya kami, manusia, juga bisa hidup bahagia di bumi."*

Cerpen Anak: Ganesh Sekolah

Ada yang tidak biasa pagi ini. Hm, apa ya? Mentari tetap bersinar cerah, burung-burung juga tetap bersenandung cicitcuit. Lho, bukankah semua itu selalu terjadi bila hari telah berganti dan pagi datang menyapa di rumah Ganesh? Iya, betul juga. Tapi coba lihat dengan cermat, apa yang sedang terjadi pada si kecil Ganesh ya?

Ohoho, rupanya ini adalah hari pertamanya sekolah. Wah, dia kelihatan sibuk sekali. Dengan memandang bayangan dirinya di kaca, Ganesh berusaha memakai seragam sekolahnya sendiri.

"Bunda, jangan pegang bajuku. Bunda jangan ganggu aku pakai baju," katanya pada Bunda. Padahal Bunda mau membantunya supaya lebih cepat. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Bunda hanya menggeleng, lucu melihat tingkah Ganesh yang berusaha mandiri.

Setelah selesai dengan seragam dan juga sepatunya, Ganesh mengambil buku-buku di lemarinya. Tak tanggung-tanggung, semua buku dimasukkannya ke tas. Ada buku cerita bergambar, buku gambar robot, buku mewarnai. Wah, banyak sekali. Tasnya jadi terasa berat, tapi Ganesh tak peduli, ia tetap semangat.

Tiba di sekolah, ternyata jam pelajaran sudah dimulai. Ganesh terlambat. Oh ampun, bagaimana ini? Rupanya karena terlalu lama berusaha memakai baju sendiri dan merapikan semua buku ke tasnya, Ganesh jadi telat datang ke sekolah.

Semangatnya tadi pelan-pelan hilang. Ia menyesal menghalau Bunda membantunya tadi. Ia merajuk pada Bunda dan meneteslah air matanya di pipi. "Bundaaa.." tangisnya.

Tapi tak mengapa. Bunda menuntun Ganesh ke kelas. Di sana Bunda meminta maaf pada ibu guru karena Ganesh terlambat. Kali ini ibu guru tidak akan menghukum, tapi Ganesh harus berjanji agar lebih disiplin lagi. Ganesh tersenyum, air matanya segera dihapus.

Ternyata, pengalaman bersekolah Ganesh tak hanya sampai di situ. Ketika mulai ikut belajar di kelas, tiba-tiba ada anak lain yang menghampiri lalu merebut pensil warna Ganesh. Ganesh kaget. Karena takut, lagi-lagi menangislah ia.

Ibu guru datang menengahi. Pensil warna Ganesh dikembalikan, dan murid yang nakal tadi diperingatkan ibu guru agar tidak mengulanginya lagi. Tiba-tiba, Ganesh jadi merasa kangen sekali pada Bunda, kangen pada mainan-mainannya di rumah juga.

"Begini ya rasanya sekolah," gumamnya dalam hati.

"Nah, anak-anak. Sekarang waktunya menyanyi bersama ya. Tidak boleh ada yang berkelahi dan nakal lagi. Tidak boleh ada yang bersedih juga. Ayo semua bertepuk tangan," kata ibu guru di muka kelas.

Awalnya Ganesh malas. Tapi ia tetap menuruti ibu guru untuk ikut bernyanyi. Semula malu-malu, tapi kemudian suara Ganeshlah yang paling lantang dan merdu. Ini lagu kesukaan Ganesh yang sering Bunda nyanyikan untuknya, judulnya Burung Kutilang.

"Tandanya suka, dia berseru, trilili lilililililiiiiii..."

Ganesh pulang dengan hati riang. Ketika bertemu Bunda, ia menceritakan semua dengan cerewetnya.

"Bunda, teman Ganesh ada yang nakal. Pensil warna Ganesh mau diambil tadi. Tapi waktu Ganesh lihat di mejanya, dia nggak punya pensil warna. Jadi Ganesh kasihkan aja pensil warna Ganesh ke dia. Terus, dia jadi baik deh, nggak nakal lagi.

Oya, besok tolong bantu Ganesh pakai seragam ya Bunda. Supaya cepat. Ganesh nggak mau terlambat lagi."

Bunda mengangguk dan tersenyum pada Ganesh.


"Bunda, sekolah itu nggak enak ya. Di sekolah jauh dari Bunda. Ganesh jadi kangen banget deh, sama Bunda. Tapi Ganesh suka di sekolah, karena Ganesh jadi punya teman. Ganesh juga bisa belajar sama Ibu Guru. Ganesh juga menyanyi sama Ibu Guru, lagu kesukaan kita Bunda. Hehe, terima kasih ya Bunda," katanya sambil mencium tangan Bunda perlahan.*

Kitchen Of Love

Jika pagi tadi, ketika engkau berangkat meninggalkan rumah untuk mencari nafkah, tak kau kecup aku..

Maka akan kubuat rujak buah.
Masam, asin, manis, kecut, mampu segarkan hatiku yang kau tinggal begitu saja dalam marah.


Jika sore ini, kau lupa meneleponku dan kau sibuk membenamkan dirimu dalam pekerjaanmu, tak kau hubungi aku..

Maka akan kumasak coklat dengan krim vanilla segar.
Manis, lembut, ada kasih sayang lain yang mencintaiku. Tak perlu selingkuhlah aku, di saat rindu dan kau sibuk di duniamu.


Jika malam ini kau pulang teramat larut. Dan kau bawa seluruh lelahmu ke wajahku..

Maka aku tak punya makanan segar lagi. Akupun telah lelah menantimu. Hanya ada pasta yang seperti hatiku. Kering di saat kau tak ada. Dan harus kau sentuh dulu, kau ramu dulu, agar waktu bersama ini bisa dinikmati.

PASti cinTA bila kusatukan dengan daging sosis yang kuiris, dengan saus tomat yang pekat, dan keju rasa susu untukmu.

Pasti cinta itu kembali memenuhi dapur kita, seraya kau sendokkan ke mulutmu, dan katakan, "I love your pasta!!"


*sesuai seperti message Mas Gugi siang ini: I love your pasta!!

Sabtu, 01 Oktober 2011

My other blog

Please visit my other blog http://www.sehatsekarang.blogspot.com/to get infos about being healthy. See you.

Salam.

Apa kabar?

Bah! Blog apakah ini? Tak produktif kali! Sejak lama kok tak ada isian. Haha..
Biarlah. Biarlah pula kau berkata apa, Teman. Pasti pun engkau pernah merasakan mati ide, namun punyaku ini memang lebih gila! Tak ada yang kulakukan selain menikmati kemalasan, jutaan ide menari-nari dengan segala bentuk tanpa ada gerakan untuk menulis. Parah? Yap, 200% benar.
Namun jemariku ini juga tak terima dengan kebodohan karena malas itu kok. Beberapa bulan otak tak kerja, jemariku malah riang berprakarya. Aku banyak melakukan hal yang kusuka, menarikan bocah kecil dalam diriku yang senang dengan warna-warni adonan clay, membentuknya menjadi aneka rupa semaunya. Lalu aku juga main masak-masakan dan membuat ramuan warna-warni dan menyiramkannya ke baju-baju usangku. Tak begitu manis, tapi aku sangat menikmatinya.
Dan tibalah pada suatu malam minggu di 1 Oktober ini. Ketika aku sudah tak mampu memaksa mata terpejam, terbukalah kembali tabir kelabu-blog terbengkalai ini. Masa’ kalah sama ibu-ibu jaman sekarang yang bisa jualan lewat blog online! Haha..
Paling tidak, aku harus menikmati takdir kelahiranku dan takdir penciptaan jemariku yang semula kutau mereka harus menarikan kata-kata, menjadi tulisan, menjadi kisah,menjadi sebuah cerita.
Untuk sebuah hidup, yang hanya sekali saja, biarkanlah aku bercerita..

xoxo.

Jumat, 01 Juli 2011

Aku kini.


Sabtu, 2 Juli 2011

Sudah lama nggak blogging. Huffth.. Banyak sekali yang ku alami. Kayanya akan kurangkai jadi buku, someday.
Intinya, saat ini aku kembali. :)