Minggu, 02 Oktober 2011

Cerpen Anak: Ganesh Sekolah

Ada yang tidak biasa pagi ini. Hm, apa ya? Mentari tetap bersinar cerah, burung-burung juga tetap bersenandung cicitcuit. Lho, bukankah semua itu selalu terjadi bila hari telah berganti dan pagi datang menyapa di rumah Ganesh? Iya, betul juga. Tapi coba lihat dengan cermat, apa yang sedang terjadi pada si kecil Ganesh ya?

Ohoho, rupanya ini adalah hari pertamanya sekolah. Wah, dia kelihatan sibuk sekali. Dengan memandang bayangan dirinya di kaca, Ganesh berusaha memakai seragam sekolahnya sendiri.

"Bunda, jangan pegang bajuku. Bunda jangan ganggu aku pakai baju," katanya pada Bunda. Padahal Bunda mau membantunya supaya lebih cepat. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Bunda hanya menggeleng, lucu melihat tingkah Ganesh yang berusaha mandiri.

Setelah selesai dengan seragam dan juga sepatunya, Ganesh mengambil buku-buku di lemarinya. Tak tanggung-tanggung, semua buku dimasukkannya ke tas. Ada buku cerita bergambar, buku gambar robot, buku mewarnai. Wah, banyak sekali. Tasnya jadi terasa berat, tapi Ganesh tak peduli, ia tetap semangat.

Tiba di sekolah, ternyata jam pelajaran sudah dimulai. Ganesh terlambat. Oh ampun, bagaimana ini? Rupanya karena terlalu lama berusaha memakai baju sendiri dan merapikan semua buku ke tasnya, Ganesh jadi telat datang ke sekolah.

Semangatnya tadi pelan-pelan hilang. Ia menyesal menghalau Bunda membantunya tadi. Ia merajuk pada Bunda dan meneteslah air matanya di pipi. "Bundaaa.." tangisnya.

Tapi tak mengapa. Bunda menuntun Ganesh ke kelas. Di sana Bunda meminta maaf pada ibu guru karena Ganesh terlambat. Kali ini ibu guru tidak akan menghukum, tapi Ganesh harus berjanji agar lebih disiplin lagi. Ganesh tersenyum, air matanya segera dihapus.

Ternyata, pengalaman bersekolah Ganesh tak hanya sampai di situ. Ketika mulai ikut belajar di kelas, tiba-tiba ada anak lain yang menghampiri lalu merebut pensil warna Ganesh. Ganesh kaget. Karena takut, lagi-lagi menangislah ia.

Ibu guru datang menengahi. Pensil warna Ganesh dikembalikan, dan murid yang nakal tadi diperingatkan ibu guru agar tidak mengulanginya lagi. Tiba-tiba, Ganesh jadi merasa kangen sekali pada Bunda, kangen pada mainan-mainannya di rumah juga.

"Begini ya rasanya sekolah," gumamnya dalam hati.

"Nah, anak-anak. Sekarang waktunya menyanyi bersama ya. Tidak boleh ada yang berkelahi dan nakal lagi. Tidak boleh ada yang bersedih juga. Ayo semua bertepuk tangan," kata ibu guru di muka kelas.

Awalnya Ganesh malas. Tapi ia tetap menuruti ibu guru untuk ikut bernyanyi. Semula malu-malu, tapi kemudian suara Ganeshlah yang paling lantang dan merdu. Ini lagu kesukaan Ganesh yang sering Bunda nyanyikan untuknya, judulnya Burung Kutilang.

"Tandanya suka, dia berseru, trilili lilililililiiiiii..."

Ganesh pulang dengan hati riang. Ketika bertemu Bunda, ia menceritakan semua dengan cerewetnya.

"Bunda, teman Ganesh ada yang nakal. Pensil warna Ganesh mau diambil tadi. Tapi waktu Ganesh lihat di mejanya, dia nggak punya pensil warna. Jadi Ganesh kasihkan aja pensil warna Ganesh ke dia. Terus, dia jadi baik deh, nggak nakal lagi.

Oya, besok tolong bantu Ganesh pakai seragam ya Bunda. Supaya cepat. Ganesh nggak mau terlambat lagi."

Bunda mengangguk dan tersenyum pada Ganesh.


"Bunda, sekolah itu nggak enak ya. Di sekolah jauh dari Bunda. Ganesh jadi kangen banget deh, sama Bunda. Tapi Ganesh suka di sekolah, karena Ganesh jadi punya teman. Ganesh juga bisa belajar sama Ibu Guru. Ganesh juga menyanyi sama Ibu Guru, lagu kesukaan kita Bunda. Hehe, terima kasih ya Bunda," katanya sambil mencium tangan Bunda perlahan.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Send me your words